![]() |
Gua Macan Desa Kunci, Dander |
Pada tahun 1830, wilayah Bojonegoro terutama Dander masih didominasi oleh hutan jati lebat nan rimbun, jalan-jalan raya yang masih padat dengan pepohonan dan jamaknya sumber mata air berupa sendang yang tersebar diberbagai wilayah.
Perjalanan kami mulai, di Gua Macan, yang berjarak 1Km dari jalan Raya. Sebenarnya di wilayah Dander terdapat 22 Gua yang tersebar di empat Desa, yaitu Dander, Ngunut, Kunci, dan Sumberarum. Gua-gua ini menyimpan banyak jejak masa lalu, baik dari aspek geologi, arkeologi, maupun paleoantropologi. Pada 1981, sebuah tim yang dipimpin oleh S. Boedhisampurno sedang melakukan penelitian arkeologis di Gua Lawa, Sumberarum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kehidupan manusia purba di sepanjang aliran Bengawan Solo purba dan gua-gua di utara Pulau Jawa. Dari hasil ekskavasi, ditemukan 854 fragmen gigi hewan, sekitar 400 cangkang moluska air tawar dan laut, serta pecahan gerabah dan batu rijang.
Tidak hanya penting dari sisi arkeologi, Dander juga memiliki sejarah panjang sebagai kawasan yang terkenal akan ekosistem alami yang keanekaragaman hayati. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini dikenal sebagai habitat berbagai satwa liar seperti rusa, monyet, dan macan kumbang. Dal Catatan De Tropische Natuur tahun 1932 mengabadikan pengalaman seorang pengelola kehutanan bernama Tuan Westra, yang bertugas di stasiun kehutanan Bojonegoro Keresidenan Rembang.
Dalam laporannya, Westra menyampaikan sering menerima laporan mengenai keberadaan macan kumbang di kawasan Gua Macan yang sedang memangsa kidang dan monyet. Bahkan, para pemburu anak macan kumbang kerap sekali ditawarkan untuk dijual di kota Bojonegoro.
Pada akhir tahun 1926, seorang penjaga pos di tempat pengumpulan kayu menembak seekor macan kumbang jantan besar yang sering datang bersama pasangannya untuk minum air dari kaleng minyak tanah bekas. Di sekitar lokasi tersebut, terdapat dua gua besar yang dihuni kelelawar, bahkan menurut informasi masyarakat, sering dikunjungi oleh macan kumbang yang memangsa kelelawar setiap hari.
Westra bersama arsitek kehutanan, J. Bos, dan pengawas Prawiro, melakukan ekspedisi ke gua tersebut. Saat menjelajah hutan jati, Westra menyaksikan langsung seekor macan kumbang melompat dari dahan pohon, memperkuat bukti akan keberadaan predator besar ini pernah ada di kawasan Gua Macan di Desa Kunci, Dander, Bojonegoro.
Kekayaan fauna Bojonegoro juga tercatat dalam dokumen Asosiasi Belanda-Indische untuk Perlindungan Alam yang berkedudukan di Batavia. Disebutkan bahwa daerah seperti Dander Selatan, Celangap Selatan, Tobo, dan Deling Utara dahulu merupakan habitat alami bagi harimau, macan kumbang, rusa, kidang, dan babi hutan. Bahkan Adipati Tirtonoto, Bupati Bojonegoro ke-17, pernah menghibahkan seekor harimau di Kebun Binatang Rotterdam, Belanda, berdasarkan perintah Residen Rembang tertanggal 15 April 1859.
Kemudian, langkanya fauna liar, pada Agustus 1937 muncul usulan kepada Bupati Bojonegoro untuk menutup seluruh hutan dari aktivitas perburuan. Tujuannya adalah melindungi populasi satwa yang kian menyusut dan mempertimbangkan kawasan Gunung Pandan sebagai cagar alam atau suaka margasatwa.
![]() |
Prasasti Sumberarum di Pemakaman umum |
Lokasinya berada sekitar 5 kilometer dari Desa Kunci, dan menjadi bagian dari kawasan yang menyimpan banyak objek wisata menarik. Sebagian besar tempat ini masih membutuhkan perawatan dan promosi lebih lanjut. Perlu diketahui, sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Dander telah dikenal sebagai salah satu jalur wisata populer. Rute wisata tersebut mencakup Pemandian Dander, dilanjutkan ke Kayangan Api, Waduk Pacal, Krondonan Gondang, Gunung Pandan Klino hingga ke Madiun.
Jejak sejarah ini menunjukkan bahwa kawasan Dander tidak hanya penting dari sisi ekologis dan budaya, namun juga menyimpan potensi besar sebagai kawasan konservasi dan pelestarian warisan alam serta sejarah prasejarah yang bisa kembangkan menjadi destinasi wisata untuk memajukan Bojonegoro lebih baik.